Friday, April 20, 2007

Transfer File dari Windows XP ke Linux (Ubuntu)

Beberapa waktu yang lalu saya menginstal Apache+MySQL+PHP di Linux Ubuntu. Sekarang saatnya belajar membuat web dengan PHP+MySQL. Hmm… masalahnya adalah bagaimana mentransfer file dari Windows XP (OS tempat saya mengedit file PHP), ke Linux Ubuntu (OS tempat web server berada).

Salah satu cara adalah menggunakan FTP. Software-software FTP Client seperti CuteFTP, FTPCommander, atau add-on dari Firefox, FireFTP bisa digunakan. Tetapi ada satu kendala, saya tidak punya account FTP. Lagi pula password ftp yang dikirimkan ke komputer remote tidak dienkripsi! Walah!

Kebetulan (ato emang kondisinya disengaja biar pas dengan artikel :p), saya punya shell account di Linux Ubuntu tersebut. Beruntung deh, karena saya Cuma perlu mendownload sebuah software (GRATIS!) untuk dapat melakukan transfer data dari Windows XP ke Linux. Namanya WinSCP. Sebenarnya WinSCP ini termasuk FTP Client, tetapi menggunakan protokol SSH untuk transfer file, sehingga keamanan data yang dikirim lebih terjamin. Fitur lengkapnya bisa dibaca di http://winscp.net/eng/docs/introduction. WinSCP dapat di-download di alamat http://winscp.net/eng/download.php. Versi terbaru adalah WinSCP 4.00 beta. Kalau mau versi stabil yang terakhir adalah WinSCP 3.8.2.

Ok, cukup perkenalannya. Sekarang saya akan mencoba mentransfer file dari Windows XP ke Linux. Karena saya mo belajar membuat web, saya buat dulu sebuah file PHP sebagai contoh. Isinya sederhana, cuma menampilkan gambar dan teks. Kode-nya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Sekarang saatnya login ke komputer remote. Jalankan WinSCP, kemudian isikan host name, user name dan password. Serta jangan lupa mengubah protokol menjadi SFTP. Klik Login. Selain menggunakan shell account, ftp account juga bisa digunakan untuk login ke komputer remote. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini:


Setelah berhasil login, akan terlihat file manager seperti di bawah ini:


Saya membutuhkan sebuah folder untuk menyimpan file-file images. Membuat folder menggunakan WinSCP hampir sama dengan membuat folder di Windows Explorer. Terlihat pada gambar di bawah ini, saya membuat folder baru bernama images.



Untuk mentransfer file, ternyata sangat mudah. Saya hanya perlu mendrag dari window sebelah kiri (komputer lokal) ke window sebelah kanan (komputer remote). It’s ez! Seperti terlihat pada gambar di bawah:


Setelah semua file saya upload ke komputer remote, sekarang saatnya mengakses file yang baru saja saya buat melalui browser. Hasilnya seperti pada gambar di bawah ini:



Brainstorm
Cara di atas mungkin bisa berguna untuk sebuah tim web developer (Apache+MySQL+PHP) atau mungkin untuk kelas yang mengajarkan web development (tentu saja Apache+MySQL+PHP). Satu komputer dijadikan server, dan yang lain meng-upload file ke komputer tersebut. Daripada masing-masing komputer diinstal web server, berat loh! Apalagi kalo dibuat sebagai startup atau service. Belum lagi bentrok dengan web server-nya om Bill Gates, IIS (kalo ada).

Akhir kata, cukup sekian dulu eksperimen saya. Ntar kalo ada yang baru saya sharing lagi… Saran & komentar dari temen-temen ditunggu…

Semoga berguna…

Thursday, April 19, 2007

Mengakses Shell Ubuntu dari Windows XP

Setelah menginstal Ubuntu, timbul keinginan untuk mencoba mengakses shell Ubuntu dari Windows XP. Protokol yang digunakan adalah SSH (Secure Shell). SSH adalah sebuah protokol yang menerapkan enkripsi untuk membuat sebuah channel (kanal) yang aman dari komputer lokal ke komputer remote. Biasanya digunakan untuk mengeksekusi perintah pada komputer remote melalui terminal. Untuk keperluan ini, saya menggunakan sebuah software kecil tetapi powerful yaitu PuTTY. Setelah mengetikkan IP Address komputer remote (Ubuntu), dan menekan tombol enter, apa yang terjadi ternyata tidak sesuai dengan harapan semula. Bukannya muncul prompt login, eh malah connection refused, seperti gambar di bawah ini.


Setelah berdiskusi sama om Google, ternyata ada service yang tidak dijalankan sehingga shell Ubuntu tidak dapat diakses. Nah, service SSH inilah yang tidak tersedia pada instalasi default Ubuntu. Kali ini saya akan mencoba menginstal SSH dengan menggunakan Advance Packaging Tool (APT).

Seperti biasa, untuk urusan instal menginstal, kita perlu root permission. Di terminal saya mengetikkan su, diikuti dengan password.

su


Ok, setelah sukses mendapat akses root, saya melanjutkan dengan meng-update paket Ubuntu dengan mengetikkan (lihat gambar di bawah):

apt-get update


Setelah ini saya akan menjalankan perintah apt untuk instalasi SSH. Apt tidak hanya akan menginstal OpenSSH, tetapi juga file-file yang dibutuhkan (dependency). Perintah untuk menginstal SSH (terlihat seperti gambar di bawah):

apt-get install ssh


Gambar di bawah ini memperlihatkan instalasi OpenSSH telah selesai:


Ok, sekarang saatnya mencoba. Dari Windows XP saya menjalankan PuTTY untuk mengakses Ubuntu. Pertama kali terkoneksi ke Ubuntu akan muncul peringatan seperti gambar di bawah ini. Saya menekan tombol yes agar dapat menggunakan shell di Ubuntu.



Setelah muncul prompt login, saya memasukkan nama user dan password seperti gambar di bawah ini.


Bila nama user dan password benar, maka akan muncul prompt $ (lihat gambar di bawah). Artinya kita sudah bisa mengakses shell Ubuntu.


Kalo sudah bisa mengakses shell Ubuntu, tentu saja kita bisa bermain-main dengan perintah Linux (lihat gambar di bawah).


NB: Untuk dapat menginstal OpenSSH dengan cara di atas, Linux Ubuntu harus terhubung dengan Internet.

Sekedar informasi, OpenSSH dikembangkan oleh The OpenBSD Project. OpenSSH ini adalah versi gratis dari SSH connectivity tool. Pengguna telnet, rlogin dan ftp mengirim password mereka tanpa dienkripsi. Tetapi OpenSSH mengenkripsi seluruh trafik data. Woww... Untuk lebih jelasnya, bisa tanya ama om Google atau klik http://www.openssh.com.

Semoga berguna...

Kompresi Data

Kita sering mendengar atau mendownload file-file dengan ekstensi .zip, .tar.gz, .tar, .tar.bz2, .rar, .jar. Nah pertanyaannya, sebenernya file apa sih itu?

Di dalam kehidupan sehari-hari, kita bekerja dengan menggunakan banyak file, misalnya file-file gambar kita letakkan ke folder/direktori “My Pictures”, kemudian file-file kode pemrograman kita letakkan ke folder/direktori “Codes”, tak lupa kita menyimpan video-video favorit berdurasi pendek (hayoo pelem apa ne?) ke folder/direktori “My Videos”. Suatu saat kita ingin mengumpulkan file-file tersebut di dalam sebuah file agar kita tidak bingung akan banyaknya file yang ada (archiving). Selain dapat dikumpulkan, file tersebut juga dapat dikompresi agar file yang dihasilkan tidak terlalu besar (compression).

Format file archive

Ada beberapa format file yang digunakan untuk membuat file archive. Misalnya Unix Archiver (.a, .ar), Tape Archiver (.tar), LBR (.lbr). Unix Archiver digunakan pada platform Unix-like, merupakan format archive tradisional yang sekarang hanya digunakan untuk membuat static libraries. Tape Archiver, juga digunakan pada platform Unix-like, yang merupakan format archive yang umum digunakan. Sedangkan LBR digunakan pada platform MS-DOS.

Format file compression

Untuk mengkompres data, ada beberapa format file yang digunakan seperti bzip2 (.bz2), gzip (.gz), lzma (.lzma), lzo (.lzo), pack (.z), compress (.Z). Perbedaan masing-masing format kompresi ini adalah algoritma yang digunakan. Seperti bzip2 yang menggunakan Burrows-Wheeler transform diikuti dengan move-to-front transform dan terakhir Huffman coding. Format gzip yang menggunakan algoritma DEFLATE untuk kompresi data, lzma menggunakan algoritma 7-zip, lzo menggunakan algoritma LZO. Beberapa dari format kompresi data ini digunakan bersama-sama ketika meng-archive file. Seperti Tape Archiver (.tar) yang digunakan bersama bzip2 (ekstensi file menjadi .tar.bz2), gzip (ekstensi file menjadi .tar.gz) atau compress (ekstensi file menjadi .tar.Z).

File archive + compression

Sekarang ini sudah banyak format file yang menawarkan archive+compression. Seperti ARC (.arc), ARJ (.arj), Cabinet (.cab), ZIP (.zip), Jar (.jar), Tar dengan GZip, BZip2, Compress, LZMA (.tar.gz, .tgz, .tar.bz2, .tar.Z, .tar.lz, .tlz). Jenis-jenis format ini “boleh” di-restore dengan software gratisan (tanpa perlu lisensi dari si pembuat format file tersebut). Sedangkan format file seperti WinACE (.ace), RAR (.rar), StuffIt (.sit, .sitx) hanya “boleh” di-restore oleh software tertentu (software yang telah mendapat lisensi untuk me-restore/ekstrak file dari si pembuat format file tersebut).

File-file yang telah di-archive+compress biasanya sering dijumpai di Internet. Karena, untuk pertukaran data yang cepat, diperlukan sebuah metode untuk mengirimkan data dalam jumlah yang sedikit dan dengan ukuran yang kecil.


Semoga berguna...

Thursday, April 12, 2007

Instalasi Apache+MySQL+PHP+Perl di Linux

Banyak web developer yang merasa kesulitan dengan instalasi web server khususnya Apache, PHP, Mysql, bila dilakukan secara terpisah. Beberapa software seperti easy php, php triad, XAMPP memudahkan tugas web developer. Hanya dengan satu kali instalasi, Apache, PHP, Mysql sudah dapat digunakan.

Untuk keperluan itu saya menggunakan XAMPP yang dapat diperoleh secara gratis di http://www.apachefriends.org. XAMPP secara otomatis menginstal Apache, Mysql, PHP & Perl. Kali ini saya ingin membahas cara instalasi XAMPP di Linux. Kalau instalasi di Windows sih nenek-nenek juga bisa... :D.

Langkah pertama: download XAMPP
Seperti yang telah disebutkan, XAMPP dapat diperoleh secara GRATIS alias ga bayar. Kamu bisa download di http://www.apachefriends.org/download.php?xampp-linux-1.6.tar.gz.

Langkah kedua: instalasi
1. Buka shell, dan login sebagai root (untuk instalasi diperlukan akses root)

su

Masukkan password bila diminta.

2. Ekstrak file tar.gz ke direktori /opt

tar xvzf xampp-linux-1.6.tar.gz -C /opt

Warning: hanya gunakan command ini untuk menginstal XAMPP. Tools dari Microsoft Windows tidak akan berguna.
Warning: versi XAMPP yang telah terinstal akan di-overwrite.


Langkah instalasi XAMPP dapat dilihat pada gambar di atas. Setelah itu XAMPP akan terinstal di direktori /opt/lampp.


Langkah ketiga: menjalankan XAMPP
Untuk menjalankan XAMPP, buka shell dan login sebagai root (untuk menjalankan XAMPP diperlukan akses root). Ketikkan command berikut di shell.

/opt/lampp/lampp start


Setelah mengetikkan command di atas akan muncul:


Starting XAMPP for Linux 1.6...
XAMPP: Starting Apache with SSL (and PHP5)...

XAMPP: Starting MySQL...
XAMPP: Starting ProFTPD...
XAMPP for Linux started.

ok, apache web server & mysql database server siap menerima request...


NB: untuk mematikan XAMPP anda hanya perlu mengetikkan command berikut pada shell.

/opt/lampp/lampp stop


Langkah keempat: tes web server
Untuk membuktikan bahwa Apache+Mysql+PHP telah berhasil diinstal dan jalan, diperlukan sebuah browser. Untuk keperluan ini saya menggunakan Firefox dan mengetikkan http://localhost di address bar. Bila muncul logo XAMPP, maka Apache & Mysql telah berhasil dijalankan... Screenshot-nya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


Ok, segitu dulu... so... what's next? Buat web pake PHP + Mysql dunkz... kalo mo pake Perl bisa juga kok...


Semoga berguna...

Wednesday, April 11, 2007

Ulasan Keluarga *buntu (Ubuntu-Kubuntu-Edubuntu)

Salah satu distro Linux, Ubuntu, tampaknya jadi distro favorit. Sepuluh besar distro yang ngetop adalah sbb (mnrt distrowatch.com tgl 11 April 2007):

  1. Ubuntu
  2. OpenSUSE
  3. Fedora
  4. PCLinuxOS
  5. MEPIS
  6. Debian
  7. Mandriva
  8. Sabayon
  9. DamnSmall
  10. Mint

Hal ini membuat saya tertarik untuk melihat-lihat distro Ubuntu ini. Yang lebih asik lagi, ni distro bisa diperoleh gratis dari www.ubuntu.com. Kalo ga punya koneksi Internet yg cepat buat ngedownload, kita bisa request cd, dan mereka bakal ngirimin cd ubuntu ke kita. Wah, wah, wah… bukan itu aja, ada jaminan free selamanya!

Ubuntu ini punya beberapa varian yaitu Kubuntu dan Edubuntu. Hmmmm.... apa bedanya ya? Nah, tu dia yg bikin penasaran. Mirip, karena yang men-support distro ini pun sama (Perusahaan Canonical). Saya mo liat, apanya sih yang beda...

Sebagai informasi, Kubuntu berada di ranking 15, sedangkan Edubuntu tidak berada di ranking 100 besar.

Ok, saya mulai saya....

Untuk mendapatkan CD Ubuntu, Kubuntu & Edubuntu, saya me-request CD tersebut. Daripada men-download atau membelinya, saya lebih memilih menunggu CD-CD tersebut. Memang sih, rada-rada lama. Saya mpe dah ga ngarep lagi.


LiveCD & Instalasi

Untuk menjalankan Ubuntu dan Kubuntu, tidak diperlukan instalasi. Ubuntu & Kubuntu dapat dijalankan dengan mode LiveCD. Tetapi bila diinginkan, Ubuntu & Kubuntu dapat diinstal ke PC. Sedangkan untuk menjalankan Edubuntu harus dilakukan instalasi. Ada dua jenis instalasi Edubuntu yaitu sebagai classroom server atau sebagai client machines. Bila ingin instalasi stand-alone, sebaiknya memilih “Install a workstation”.

Gambar di bawah adalah pilihan untuk instalasi Edubuntu.


Untuk instalasi awal, Ubuntu dan Kubuntu terlihat lebih user friendly. Keduanya telah menggunakan GUI untuk instalasi. Perbedaan keduanya hanyalah warnanya. Bila Ubuntu agak kecoklat-coklatan, sedangkan Kubuntu agak kebiru-biruan. Yang agak ekstrim adalah Edubuntu, instalasinya belum menggunakan GUI (Wadhuh, hare gene ga pake GUI? Halah!).

Gambar di bawah ini adalah gambar instalasi Ubuntu (awal instalasi).

Di bawah ini adalah gambar instalasi Kubuntu (pada saat memilih zona waktu):

Nah, yang di bawah ini adalah instalasi Edubuntu (memilih bahasa):

Selain itu, untuk konfigurasi networking, Ubuntu dan Kubuntu telah melakukannya secara otomatis. Tetapi Edubuntu meminta user untuk menginput IP Address, Subnet Mask, Gateway, dan Proxy secara manual (untuk Edubuntu Classroom Server). Terlihat seperti pada gambar di bawah. Hmmm... bgmn kalau salah? Tenang saja, Edubuntu menyediakan menu untuk mengkonfigurasi networking setelah selesai instalasi.


X-Window

Dari segi tampilan, Ubuntu & Edubuntu menggunakan Gnome sebagai default x-window nya, sedangkan Kubuntu menggunakan KDE. Hmmm... mungkin huruf K di depan kata “Kubuntu” menyatakan KDE+Ubuntu...

Default Instalation

Distro-distro Linux lainya seperti Redhat 9 dan OpenSUSE 10 menyediakan pilihan untuk instalasi aplikasi yang dibutuhkan. Sedangkan untuk Linux Ubuntu, Kubuntu & Edubuntu, tidak disediakan window untuk memilih aplikasi apa saja yang akan diinstal. Distro2 tersebut hanya menyediakan default instalasi, sehingga memudahkan pengguna Linux pemula untuk menginstal Linux (tidak bingung memilih aplikasi apa aja yang akan diinstal, untuk pengguna Linux advance harus menginstal software favorit secara manual). Hal ini jugalah yang menyebabkan distro Ubuntu, Kubuntu & Edubuntu, masing-masing hanya memerlukan 1 CD untuk instalasi. Sedangkan distro seperti Redhat 9, memerlukan 3 CD dan OpenSUSE 10 memerlukan 5 CD. Wow...

Instalasi Ubuntu & Kubuntu menyediakan aplikasi-aplikasi standar perkantoran. Sedangkan Edubuntu, sesuai dengan namanya, edu, menyediakan aplikasi-aplikasi perkantoran + pendidikan seperti Kalzium, yang digunakan untuk menghitung rumus kimia. Aplikasi Kalzium terlihat seperti gambar di bawah ini.



Default Browser

Default browser di Ubuntu & Edubuntu adalah rubah merah a.k.a. Firefox. Sedangkan di Kubuntu, default browser yang digunakan adalah Konqueror.



Hmmm... sepertinya sekian dulu deh ulasannya... bagi kamu2 yang udah expert di Linux, pls pencerahannya kalo di artikel saya ada kesalahan...


Tx 4 all...

Semoga berguna.... :)

Learning Multiple Operating Systems

M$ Windows masih mempengaruhi para pengguna komputer. Harus diakui. Tetapi, apakah karena itu kita mesti M$ Windows-minded? No no no…. kita juga mesti melek dunkz. Masih baaaanyak OS yang laennya, misalnya Linux, Sun Solaris, FreeBSD, de el el deh.

Bagi kamu-kamu yang pengen belajar banyak OS, tetapi masih M$ Windows-minded, ada alternatif cara belajar OS selain M$ Windows, tetapi masih dalam platform M$ Windows… Kamu bisa menggunakan software untuk membuat virtual machine seperti vmware. Hmmm… tapi syaratnya cukup berat. Spek kompie kamu mesti tinggi. Prosesor setara P4 1,6 GHz mungkin dah memadai (lebih tinggi lebih bagus). Tetapi yang paling penting adalah RAM. Menurut gw, RAM minimal 512 MB deh… kalo cuman 256… mana cukuuuup… soalnya, walaupun virtual, OS yang bakal diinstal membutuhkan RAM yang sama bila kita menginstal langsung ke ke kompie (secara fisik).

Di bawah ini adalah tampilan pada saat instalasi Ubuntu 6.06 LTS di VMware Workstation 5.5.3. Komputer utama (host) yang digunakan adalah M$ Windows XP.

VMware menyediakan tool agar kita mudah berpindah-pindah dari host (kompie utama, dlm kasus ini Windows XP) dan komputer guest (OS virtual, dlm kasus ini adalah Ubuntu 6.06). Tool tersebut harus diinstal terlebih dahulu. Gambar di bawah ini adalah instalasi vmware-tools di sistem operasi Ubuntu 6.06.

Gambar di bawah ini menampilkan situs om google yang diakses dari Ubuntu 6.06.


Oke de… segitu dulu…. Semoga berguna….